Sabtu, 09 Mei 2015

CERITA PENDEK II

HATI YANG RUSAK PARAH
A
diba mencoba memberitahu yang terjadi sebenarnya, tetapi tak satupun dari teman-temannya mendengarkan. Adiba pun semakin gelisah. Ia takut teman-temannya akan berprasangka buruk padanya dan Kansa padahal hal yang mereka tidak lakukan. Ia pun memandangi sahabatnya yang sudah terlihat khawatir duluan. “Kansa, , , sekarang bagaimana? Tak satupun dari mereka percaya apa yang kukatakan.” Ujar Adiba.

Pagi tadi Adiba dan sahabatnya Kansa akan mengikuti ujian pada hari pertama. Dan Mata Pelajaran yang pertama diujiankan adalah Ipa. Seluruh siswa pun memasuki ruangan I dan menempati tempatnya masing-masing. Beruntung sekali ternyata Adiba dan Kansa duduk berurutan, Adiba berada di depan sedangkan Kansa berada di belakang. Jadi Adiba tidak perlu jauh-jauh lagi ketempat Kansa untuk belajar bersama sebelum ujian kedua. Tiba-tiba seluruh siswa dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita berparas cantik namun di takuti. Dia adalah Ibu Cantika. Ternyata Ibu Cantika menjadi pengawas di ruangan I. Mungkin namanya memang cantik sesuai dengan parasnya, tetapi dia merupakan salah satu guru terdisiplin, dan ditakuti oleh seluruh siswa bisa dibilang salah satu guru Killer. Keadaan dalam ruangan I pun menjadi hening, hingga hampir tak ada sama sekali suara. Sampai ketika waktu tersisa setengah jam lagi, kegaduhan pun muncul. Mulan  melihat Bu Cantika menulis sesuatu di Daftar Hadir Siswa Ruangan I. “Oh, , , tidak. Siapa yang dicatat Ibu Cantika. Jangan-jangan orang itu dibarisanku. Iya, , , Iya , , , Iya itu dibarisanku.”pikirnya. Ujian Mata Pelajaran Ipa pun selesai. Seluruh siswa pun keluar dari ruangan untuk mengistirahatkan otaknya sejenak. Begitu juga dengan Adiba dan Kansa. Mereka berdua tak pergi jauh-jauh dari ruangan ujian. Mereka hanya duduk di kursi panjang di luar ruangan I. Di kursi itu tidak hanya ada Adiba dan Kansa, namun juga adan Mulan dan teman-temannya yaitu Inul, Lia, Firah, dan Anugrah. Mereka berlima terlihat sibuk membicarakan sesuatu. Tak sengaja Adiba mendengar pembicaraan mereka. “Tahu tidak, , , tadi tuh aku lihat Bu Cantika melingkari nama seseorang di daftar hadir ujian !” ujar Mulan. “Benarkah?”tanya Anugrah. “Iya, benar. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!” tegas Mulan. “Mudah-mudahan itu bukan kita.”harap Anugrah. Adiba pun terkejut dan segera memberitahu Kansa apa yang telah didengarnya. Sebenarnya, Adiba sangat khawatir karena sewaktu ujian ia sempat menoleh kebelakang bertanya kepada Kansa apakah ia sudah selesai. Adiba takut kalau ibu akan mengira kalau ia meminta jawaban pada Kansa, padahal ia tidak melakukannya. Waktu istirahat pun selesai. Adiba dan Kansa masuk kembali ke ruangan begitu juga dengan teman-teman seruangannya. Seluruh siswa di ruangan I kembali mengerjakan ulangan dengan tenang. Adiba dan teman-teman pun akhirnya selesai mengerjakan semua ujian pada hari itu dan bersiap-siap pulang.

Pada hari kedua ujian, Adiba memasuki ruangan seperti kemarin. Ia melihat Mulan dan teman-temannya masih sibuk membicarakan siapa orang yang dilingkari namanya. Tetapi Adiba memilih tidak peduli, ia lebih memilih duduk belajar. Kemudian, siswa-siswa di ruangan I kembali di kejutkan oleh kedatangan Ibu Nanda yang menjadi pengawas. Ibu Nanda merupakan guru mata pelajaran Ipa sekaligus guru Adiba dan teman-temannya. Ibu Nanda juga merupakan salah satu guru yang sangat ditakuti tapi penyayang pada murid-muridnya. Namun, hal yang mengejutkan keluar dari mulut Ibu Nanda. “ Anak-anak saya mendengar kabar dari salah seorang pengawas, kemarin ada yang curang dalam ujian Ipa . Ibu sangat tidak suka dengan hal itu. Ibu tidak akan mentoleransinya dan tidak akan menerima lembar ujiannya. Ibu lebih memilih kalian mendapatkan nilai rendah 70 dengan usaha sendiri daripada nilai 100 dengan tidak jujur.”tegas Bu Nanda. Mendengar hal tersebut, Mulan dan teman-temannya pun mulai membuat gaduh. Mulan sangat yakin kalau orang yang dimaksud ibu ada di ruangan I. Melihat kelas gaduh, Bu Nanda menyuruh semua siswa diam dan melanjutkan mengerjakan ujian. Setelah ujian selesai dan tiba waktu istirahat, terlihat diruangan I ada kerumunan teman-teman sekelas Adiba. Mereka sedang heboh membicarakan orang itu. Mulan angkat bicara, “Kemarin aku melihat ibu melingkari nama seseorang. Dia berada dibarisanku kalau tidak salah inisialnya A dan K , dan lagi mereka duduk berdekatan.” Anugrah juga ikut menambahkan, “Iya, bilang saja itu Adiba dan Kansa”. Adiba yang tak jauh dari kerumunan itu sontak saja kaget. “Jangan-jangan ibu mengira aku benar-benar melakukannya.”

Adiba mencoba memberitahu teman-temannya, tapi sia-sia tak satupun percaya. Hari itu, hati Adiba sangat sakit. Ia menatap sedih sahabatnya. Berulang-ulang kali Adiba dan Kansa berusaha menyakinkan temannya tetapi hasilnya tetap sama. Dan parahnya lagi berita itu telah tersebar keseluruh kelas bahkan sampai ke telinga kakak kelas. Adiba pun mendapat  banyak cemoohan dari kakak kelas diantaranya, “Astaga dek, , , hari pertama sudah berani bekerjasama, kita saja dek nanti itu kerjasama hari 2 atau 3, hebat, hebat memang.” Hari itu juga adalah hari paling terberat yang dirasakan Adiba dan Kansa. Dimana mereka berdua harus menerima semua cemoohan yang mereka tidak lakukan. Bahkan, setelah cemoohan yang satu selesai, malah muncul cemoohan baru yang datangnya entah dari mana. Sampai-sampai Mbak Penjual Bakso langganan Adiba dan Kansa ikut memarahi. “Astagfirullah, , , Neng, kok bisa. Masa di hari pertama ujian kalian sudah ketahuan kerjasama. Astagfirullah. Kalau bisa jangan Neng. Aduh , mbak saja sewaktu sekolah tuh nggak pernah kerjasama atau nyontek-nyontek.” Tak hanya itu, sepupu Adiba Tyas pun mengetahuinya.
 “PING!”panggil Tyas dalam BBMnya
 “Kenapa Tyas?”balas Adiba
 “Adiba kamu kok begitu. Ternyata kamu begitu ya, kerjasama dalam ujian.”ujar Tyas
 “Tidak Tyas ! , itu tidak benar.”balas Adiba
Tapi Tyas juga tidak percaya. Ia malah memberitahu Ibu Adiba tentang masalahnya. Adiba pada akhirnya juga kena marah oleh ibunya. Adiba pun tak kuasa membendung rasa sakitnya. Hatinya seakan rusak parak karena cemoohan orang-orang. Bahkan ketika Adiba dan Kansa menuju ruangan ujian, semua mata melihatnya dengan tatapan yang tak biasa. Mereka seperti melihat pelaku kriminal yang melakukan kejahatan besar. Hati Adiba benar-benar rusak parah. Seakan hatinya itu seperti keadaan Kota Hiroshima dan Nagasaki yang rusak parah setelah di bom nuklir oleh tentara Amerika. Hari-hari ketika mereka dicemooh seakan rasa sakitnya sudah 10 tahun. Bayangkan sakitnya luarbiasa. Tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang tak akan pernah  Adiba lupakan. Dia adalah Butet, dia satu-satunya orang didunia ini yang mau menanyakan apa sebenarnya terjadi. Apa betul Adiba dan Kansa melakukannya. Adiba sangat terharu mendengarnya. “ Tet, , , diantara semua teman kita hanya kamu, , , kamu, , , yang mau tahu apa yang sebenarnya terjadi. Terima kasih, terima kasih banyak.” Setelah mengetahui yang sebenarnya Butet segera membantu Adiba dan Kansa mengklarifikasi masalah itu kepada Ibu Cantika. Setelah mereka bertiga menemui Ibu Cantika, ternyata Adiba dan Kansa tidak berkerjasama. Malah Adiba dan Kansa mendapat dukungan Ibu. Kata Ibu Cantika masalah Adiba dan Kansa bisa di bawa ke BK, karena mereka berani menuduh tanpa bukti dan itu juga merupakan kasus pencemaran nama baik. Ibu Cantika juga menyuruh Adiba dan Kansa menemui guru yang bersangkutan yaitu Bu Nanda. Ternyata Bu Nanda juga mengatakan hal yang sama. Ia juga mengatakan pelakunya itu dari kelas lain. Adiba dan Kansa tidak bisa menyembunyikan perasaan gembiranya. “Alhamdulillah”ujar Adiba. Adiba dan Kansa juga berterima Kasih pada Bu Cantika dan Bu Nanda terutama sang malaikat penolong Butet. Adiba dan Kansa pun pergi menemui teman-temannya untuk memberitahu bahwa mereka berdua tidak melakukannya. Tetapi tetap saja Mulan dan Anugrah tidak percaya. “Uuu tunggu saja, , , Kansa, Ayo kita angkat masalah kita ini ke BK biar mereka itu tahu rasa.”ketus Adiba. Tetapi Kansa melarangnya. “ Jangan, sabar nanti akan ada waktu dimana mereka berdua akan berada di posisi kita dan merasakan penderitaan kita.” Kansa tersenyum dan Adiba juga ikut tersenyum melihat sahabatnya.

Sudah 3 tahu sejak kejadian itu terjadi, namun kejadian itu masih membekas di hati Adiba  hingga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar