H
|
ari
itu dikelas, sepuluh tiga sedang sibuk mengerjakan pr TIK. Sebenarnya pr itu
seharusnya dikerjakan dirumah, tetapi
karena ada beberapa soal yang sangat sulit aku dan teman-teman pun
mengerjakannya disekolah. Dan yang mempersulit aku dan teman-teman tidak adanya
buku paket TIK, maklum buku paket TIK disekolahku terbatas, jadi buku itu hanya
dipakai saat jam pelajaran berlangsung. Akhirynya aku meminjam buku TIK temanku
Zabir walau sebenarnya bukunya juga fotocopy. “Zabir, pinjamkanka dulu bukume
e.” Pintaku. “Tapi fotocopy ji tuh!” Ujar zabir. “Tidak papa ji.” Ujarku
singkat.
Kemudian aku pun lanjut mengerjakan tugasku, tetapi ketika
sampai ke soal terakhir aku pun mencari buku lagi. Karena kenapa? Di soal
terakhir itu terdapat gambar, tapi karena bukunya fotocopy hasil gambarnya
tidak bagus. Kemudian, aku menoleh kebelakang dan melihat sebuah buku. Buku itu
memiliki gambar yang bagus, ternyata itu bukunya Ocang. Karena tugas Ocang
sudah selesai, jadi aku meminjam buku paketnya dan melanjutkan tugasku. Alhamdulillah,
akhirnya tugasku selesai juga. Aku pun menaruh buku itu di atas mejanya. “Ocang,
ini bukumu e! Makasih nah.” Ujarku. “Iya,
taroh saja di meja” balas Ocang.
Singkat cerita, akhirnya jam pelajaran TIK tiba, tugas pun dikumpul.
Setelah itu seperti biasa kami memulai proses belajar. Dalam proses belajar TIK
kami menggunakan proyektor, tetapi entah kenapa hari ini listrik dikelas kami
mati. Kata seseorang temanku listriknya dimatikan sama ibu pegawai
perpustakaan. Ketika salah seorang temanku pergi ke perpustakaan untuk
mengeceknya, ternyata perpustakaan sudah tertutup. Karena tidak ada listrik, maka kami harus mencari
kelas lain. Bapak pun menyuruh kami pindah ke kelas dua belas ipa satu. Setelah
itu pelajaran berlangsung seperti biasanya.
Keesokan harinya, disekolah ketika aku melangkahkan kakiku
masuk ke kelas, tiba-tiba Ocang datang menghampiriku. “Ade, muliatka buku paket TIK ku?” Tanya
Ocang. “Kenapakah ?” jawabku bingung. “Hilang
i.” Jawab Ocang khawatir. “Iyakah? Nah kutaruh kemarin diatas mejamu.” Jawabku.
“Tidak ada.” Jawab Ocang singkat. “Ada mungkin tercampur dibukunya bapak?”
Tanyaku. “Tidak ada. Ai, dimana mi? Buku
perpustakaan itu? Matima dimarahima ibu?” Jawab Ocang panik.
Tapi, beberapa teman seperti menuduhku kalau aku yang
menghilangkannya. Tapi aku percaya bukan aku yang menghilangkannya. Jelas-jelas
kemarin aku meletakkannya di atas meja, tapi kenapa hilang. Oke baik, aku akan
membuktikan kepada mereka kalau bukan aku yang menghilangkannya. Aku pun
membuat pengumuman dikelas bahwa siapa yang mengambil buku Ocang, tetapi tidak
ada satupun orang yang menjawabku. Bersama Ocang, aku kembali mengecek buku TIK
di kantor bapak, mungkin ocang tidak teliti dan bukunya mungkin ada disana.
Tapi hasilnya nihil, bukunya tidak ada. Aku pun memberitahukan Ocang bahwa aku
akan menggantinya jika bukunya tidak ditemukan. Kemudian, kami memutuskan untuk
melanjutkan pencarian buku yang hilang itu besok.
Dirumah aku sangat gelisah karena jika buku itu sampai
hilang aku harus menggantinya.Dalam hati aku berpikir, “Coba kalau langsung
kutaroh di tas pasti tidak begitu, nah ocang to je juga suruhki taruh di
mejanya mau di apa lagi toh sudah terjadi mi.” Dan lagi jika aku memberitahu
mamaku, aku bisa dimarahi. Karena sewaktu smp saja aku sudah menghilangkan
empat buku. Aku ingin merahasiakannya dari mama, tapi aku tidak bisa. Aku bukan
orang yang bisa menyembunyikan rahasia apalagi dari mamaku. Rasanya lidahku
gatal, kalau aku tidak mengatakannya. Tapi aku tidak akan memberitahukannya
dulu sampai aku benar-benar putus asa untuk menemukannya. Hingga disaat aku
ingin tertidur, aku masih gelisah memikirkannya. Sampai-sampai itu terbawa
dalam mimpiku.
Didalam mimpiku :
Besok paginya aku berangkat kesekolah. Dan aku bertanya pada
Ocang apakah dia sudah menemukan bukunya. Ia mengiyakannya. Ternyata ia
menemukannya. Aku pun dengan nada kesal berkata “Bilang memangka toh, bukan
saya ambil i. Kenapa saya mu tuduh!”
Aku pun mencoba melihat wajah orang yang mengambilnya...
sedikit lagi....
|
“Ocang, adami bukumu?” Tanyaku ragu-ragu. “Iya, Winda
ternyata yang ambil i” jawab Ocang.
Benarkah?Aku sangat senang mengetahuinya, ternyata mimpiku
menjadi kenyataan.Hore!!Jadi Ceritanya Susi meminjam buku itu dari Ocang, tapi
mungkin Ocang tidak mendengarnya jadi ia tidak tahu kalau ia meminjamnya. Huhuu..gara-gara
buku yang hilang itu aku sempat marah dan hubungan dengan temanku jadi tidak
baik. Sebenarnya aku ingin marah seperti dalam mimpiku, tapi janganlah aku
sudah bersyukur buku itu sudah ditemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar