BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Fort Rotterdam atau Benteng
Rotterdam Makassar (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan
Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota
Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545
oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun
pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini
diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di
daerah Maros. Benteng Rotterdam Makassar ini berbentuk seperti seekor penyu
yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas
filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu
pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng
Rotterdam Makassar, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan
sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa.
Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu
pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda.
Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Rotterdam Makassar diubah
menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam
untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan
oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Di kompleks Benteng Rotterdam
Makassar kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak
referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah
lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih
utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.
BAB II
BENTENG ROTTERDAM
A. Sejarah Rotterdam
Benteng Rotterdam Makassar dibangun
oleh Raja Gowa ke IX Daeng Matare Karaeng Manguntungi Tumapa’risi’ Kallonna dan
diselesaikan oleh putranya Raja Gowa X Imanriogau Bontokaraeng lakiung
Tonipallangga Ulaweng dengan konstruksi tanah liat pada tahun 1545. Atas
perintah Raja Gowa XIV Imangerangi Daeng Manrabia (Sultan Alauddin) pada tahun
1634 tembok benteng diperbaiki dan menambah material batu karang, batu padas,
dan batu bata menggunakan kapur dan pasir sebagai perekat.
Fort Rotterdam atau
Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan
Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota
Makassar, Sulawesi Selatan.Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa
ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna.
Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan
Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu
padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.
Benteng Ujung
Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke
lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu
dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang
berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng
ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut
benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak
Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya
yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini
kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung
Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama
Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini
kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di
Indonesia bagian timur sampai saat ini benteng Rotterdam digunakan untuk
perdagangan dan dijadikan sebagai tempat wisata prasejarah,selain itu Benteng
Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat Kebudayaan Makassar,
Di kompleks Benteng
Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak
referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah
lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih
utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar. Salah satu obyek
wisata yang terkenal disini selain melihat benteng serta museum Lagaligo adalah
menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda
sejak tertangkap ditanah Jawa.
Di benteng ini
pernah di jajah oleh pasukan belanda, untuk memperluas daerah kekuasaannya
karena kerajaan gowa memliki rempah-rempah yang banyak, Setahun lebih benteng
digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya
kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja
didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda
memaksa raja menandatangani "perjanjian Bongaya" pada 18 Nov 1667 Di
tempat ini juga Pangeran Diponegoro dipenjara.
Luas Benteng Rotterdam Makassar
adalah 28.595,55 meter bujur sangkar, dengan ukuran panjang setiap sisi
berbeda, serta tinggi dinding berfariasi antara 5-7 meter dengan ketebalan 2
meter. Benteng Rotterdam Makassar mempunyai lima buah sudut (Bastion), yaitu :
-
Bastion Bone
terletak di sebelah barat
-
Bastion
Bacam terletak di sudut barat daya
-
Bastion
Butan terletak di sudut barat laut
-
Bastion
Mandarsyah terletak di sudut timur laut
-
Bastion
Amboina terletak di sudut tenggara
Gambar salah satu Bastion di
Rotterdam
Makassar
B. Fungsi Rotterdam
Saat Belanda datang ke tanah
Makassar, pecahlah perang antara Sultan Hasanuddin yang ada di dalam benteng
dengan penguasa Belanda, Cornelis Speelman pada tahun 1666. Selama setahun,
Benteng Ujung Pandang digempur Belanda hingga akhirnya pasukan Sultan
Hasanuddin kalah dan harus menyerahkan benteng kepada Belanda.
Pada masa Kolonial Belanda, Benteng
Ujung Pandang dibangun kembali dan ditata sesuai dengan arsitektur Belanda.
Sejak saat itu, nama benteng pun berubah menjadi Fort Rotterdam yang tidak lain
merupakan daerah kelahiran Cornelis Speelman di Belanda. Pada masa ini, benteng
dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan penampungan rempah-rempah Belanda di
Indonesia.
Pada masa kolonial Jepang, benteng
ini beralih fungsi menjadi pusat studi pertanian dan bahasa. Sementara setelah
Indonesia merdeka, benteng ini dijadikan sebagai pusat komando yang kemudian
beralih fungsi menjadi pusat kebudayaan dan seni Makassar.
Benteng ini amat mudah dikenali
mengingat bangunannya yang sangat mencolok dibandingkan dengan gedung
perkantoran ataupun rumah disekitarnya. Memasuki pintu utama benteng ini,
nuansa kejayaan masa lalu terekam jelas melalui dinding benteng yang masih
kokoh. Di sudut benteng, terdapat bastion yang di bangun sebagai pertahanan
artileri utama. Di tempat ini pula terdapat beberapa lubang meriam untuk
pertahanan benteng.
Di benteng ini juga terdapat
beberapa ruang tahanan yang salah satunya pernah digunakan untuk menahan
Pangeran Diponegoro. Ruang tahanan amat kokoh dengan dinding melengkung. Selain
itu di tempat ini juga terdapat gereja yang merupakan gereja pertama yang ada
di Makassar.
Sebagai pusat kebudayaan dan seni,
saat ini dalam kompleks benteng terdapat Museum Nageri La Gilago yang menyimpan
beragam koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah hingga naskah
serta etnografi. Kebanyakan benda kebudayaan yang dipamerkan berasal dari
suku-suku di Sulawesi seperti suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.
Benteng Ujung Pandang memang memiliki
keunikan tersendiri. Sebagai bangunan sejarah, benteng ini merupakan bukti
nyata kisah panjang masa kolonialisme yang pernah ada di bumi nusantara. Selain
itu, benteng ini juga menjadi saksi bisu sejarah panjang kota Makassar.
C. Bangunan – Bangunan di Rotterdam
1.
Gedung A
Gedung A merupakan tempat menerima
tamu dari Bone.
2.
Gedung B
Gedung B pada bagian atas dahulu
digunakan sebagai tempat perwakilan dagang dan bagian bawah sebagai ruang
tahanan.
3.
Gedung C
Gedung C dahulu adalah wisma bagi
tamu-tamu dari Buton.
4.
Gedung D
Gedung D dahulu bagian belakang
merupakan rumah sakit bagi orang Beland kemudian dirubah fungsi sebagai wisma
tentara. Bagian depan gedung ini tempat tinggal Cornelius Speelman. Namun,
sekarang Gedung D ini menjadi Museum Nagari La Galligo yang menyimpan berbagai
benda-benda bersejarah.
5.
Gedung E
Gedung E dahulu tempat tinggal
pimpinan perdagangan dan pendeta.
6.
Gedung F
Gedung F
dahulu adalah tempat tinggal belanda
7.
Gedung G
Gedung G gudang dan bengkel.
8.
Gedung H
Gedung H dahulu sebagai tempat
menerima tamu dari Ternate.
9.
Gedung I
Gedung I dibangun oleh Jepang dengan
sebagai kantor penelitian bahasa dan pertanian.
10. Gedung J
Gedung J merupakan kantor pemegang
buku germising.
11. Gedung K
Gedung K Kantor Balai Kota.
12. Gedung L
Gedung L ruang tahanan.
13. Gedung M
Gedung M gudang dan kantor
perdagangan Belanda.
14. Gedung N
Gedung N merupakan tempat menerima
tamu dari Bacan.
15. Gedung O
Gedung O kantor Gubernur Sulawesi
Selatan dan sekitarnya.
16. Gedung P
Gedung P merupakan tempat
peribadatan ( gereja ).
Bangunan –
bangunan lainnya yang ada di Benteng Rotterdam
Halaman Pelantaran di kawasan Rotterdam
Pintu Masuk
Jendela Tahanan
Tempat Menempatkan Meriam
Tempat mengeluarkan meriam
D. Benda-Benda Bersejarah
Di dalam Rotterdam terdapat museum
yang disebut La Galigo ini memiliki koleksi sebanyak kurang lebih 4999
buah yang terdiri dari koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah,
naskah, dan etnografi. Koleksi etnografi terdiri dari berbagai jenis hasil
teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan
oleh suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Museum juga memiliki benda-benda
yang berasal dari kerajaan-kerajaan lokal dan senjata yang pernah digunakan pada
saat revolusi kemerdekaan.
1.
Koleksi
Nusantara
Disalah satu ruangan museum La
Galigo anda dapat jumpai replika dari beberapa situs atau cagar budaya di
Indonesia, seperti bangunan candi , Arca, dan bentuk bentuk nisan yang banyak
ditemukan pada makam - makam kuno.
2.
Koleksi
Keramik
Diruangan Koleksi Keramik terdapat
berbagai jenis keramik kuno dari berbagai dinasti seperti Dinasti Sung abad
13-14 Dinasti Swaton abad 16-18, Dinasti cing abad 17-19, Dinasti Yuan terjan
abad 14-16, Dinasti Annamese abad 14-16 Keramik - keramik ini berasal dari
China, Vietnam, Thailand ,Siam dan Jepang. Dan ada juga, keramik yang berisi
tulisan arab.
3.
Alat-alat
Tradisional Perikanan dan Kelautan
Pada bangunan lain Museum Lagaligo anda
akan menjumpai koleksi Perangkat Tradisional para pelaut dan nelayan bugis
Makassar terdapat replika Perahu Pinisi yang terkenal sampai ke manca negara
berbagai jenis peralatan nelayan untuk mengkap ikan yang umumnya masih dapat
dijumpai dalam kehidupan masyrakat pesisisr hingga saat ini.
4.
Sepeda dan
Bendi
Tidak hanya peralatan tradisional
nelayan yang terpanjang di ruangan ini anda pun dapat melihat bendai, Sepeda
ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional yang terdapat dalam useum
lagaligo ini adalah bukti sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu bangsa
indonesia khususnya masyarakat Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai
masyarakat yang bercocok tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian terutama tanaman padi sebagai bahan makanan pokok.
5.
Koleksi
Peralatan Menempa Besi dan Hasilnya
Jika anda ingin mengenali lebih jauh
tentang sisi lain dari kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka
anda dapat mengkajinya melalui koleksi tradisional menempa besi, Hasil tempaan
berupa berbagai jenis senjata tajam, baik untuk penggunan sehari - hari maupun
untuk perlengkapan upacara adat.
6.
Koleksi
Peralatan Tenun Tradisonal dan Kain
Dari koleksi Peralatan Tenun
Tradisional ini, dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan
diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis
benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerah seperti leang - leang kabupaten
maros yang diperkirakan sebagai pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan
serat - serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan manusia pada zaman itu
mulai Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat pemintal
tenun dangan bahan baku benang kapas. Dari sinilah mulai tercipta berbagai
jenis corak kain saung dan pakaian tradisional.
7.
Alat Senjata
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fort Rotterdam atau Benteng
Rotterdam Makassar (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan
Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota
Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545
oleh Raja Gowa ke IX yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun
pada masa pemerintahan Raja Gowa ke XIV Sultan Alauddin konstruksi benteng ini
diganti batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah
Maros.
DAFTAR PUSTAKA
Blog.Balai Pelestarian Cagar
Budaya Makassar/Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Blog.sejarah-berdirinya-benteng-fort-rotterdam-di-makassar/sobatpetualang.com